TUGAS SOSIOLOGI AGAMA
OBJEK KAJIAN,
PRINSIP, DAN FUNGSI
SOSIOLOGI AGAMA
Oleh :
Nama : Ni Kadek Ayu Dwi Melati
NIM :
11.1.2.2.1.184
Fakultas : Dharma Acarya
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama
Prodi : Pendidikan Bahasa Bali
Kelas/smt : PBB-C/IV (empat)
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013
A.
OBJEK
KAJIAN SOSIOLOGI
Sasaran langsung atau objek material sosiologi agama
ialah masyarakat agama. Masyarakat agama adalah suatu persekutuan hidup baik
dalam lingkungan sempit atau luas yang unsur konstitutif utamanya adalah agama
atau nilai-nilai keagamaaan.
1.
Objek
Material ( langsung)
Menurut
Keith A. Roberts, sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah memfokuskan
kajian pada :
a) Kelompok-kelompok
dan lembaga keagamaan, yang meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan
hidupnya, pemeliharaannya dan pembaharuannya
b) Perilaku
individu dalam kelompok-kelompok tersebut atau proses sosial yang mempengaruhi
status keagamaan dan perilaku ritual
c) Konflik
antar kelompok, misalnya Katolik lawan Protestan, Kristen dengan Islam dan
sebagainya. Bagi sosiolog, kepercayaan hanyalah salah satu bagian kecil dari
aspek agama yang menjadi perhatiannya.
2. Objek Formal (pendekatan)
Yang hendak dicari dalam fenomena agama itu adalah dimensi
sosiologisnya. Sampai seberapa jauh agama dan nilai-nilai keagamaan memainkan
peranan dan berpengaruh atas eksistensi dan operasi masyarakat manusia. Lebih
konkrit misalnya, seberapa jauh unsure kepercayaan mempengaruhi pembentukkan
kepribadian pemeluk-pemeluknya, ikut menciptakan jenis-jenis kebudayaan,
mewarnai dasar dan haluan Negara, memainkan peranan dalam memunculkan strata sosial.
Jadi hal-hal tersebut dalam contoh di atas yang berkaitan erat dengan
masalah agama, Sosiologi Agama menyorotinya dari sudut pandang sosiologis.
B.
PRINSIP
SOSIOLOGI AGAMA
Prinsip
sosiologi ditandai dengan 2 prinsip dasar, yaitu: percaya kepada data empiris dan
objektivitas. Data empiris merupakan data yang ditemukan atau disimpulkan
berdasarkan dari sebuah eksperimen atau penelitian. Jadi untuk mendapatkan data
yang empiris, seorang sosiolog agama akan melakukan suatu analisis tentang
sosiologi terhadap agama atas dasar pemahaman sistem fisiologis organisme, sistm
kepribadian individu, sistem sosial kelompok, serta sistem budaya.
Dalam
prinsip objektivitas, bukan berarti bahwa sosiolog mengklaim bahwa tidak bisa
salah, atau bisa mencapai kebenaran umum, sebab tidak ada satu disiplin ilmu
pun yang berhak menyatakan dirinya maha tahu atau paling benar. Objektivitas
berarti sosiolog berusaha mencegah kepercayaan agama pribadi masuk ke dalam
bidang studinya. Ilmuan sosial harus sepenuh hati untuk mencari kebenaran. sebagai
warga Negara sosiolog mempunyai kepentingan dan preferensi nasional namun
mereka harus terbuka terhadap data dan menghindarkan diri dari prejudgment
(mengambil keputusan sebelum membuktikan kebenarannya) terhadap suatu kelompok
atau proses keagamaan tertentu. Seorang sosiolog boleh tidak setuju dengan
pandangan suatu kelompok yang sedang diteliti, tetapi harus berusaha untuk
mengerti kelompok itu atas dasar penelitiannya menghindarkan bias dalam
interpretasi proses-proses kelompok itu
C.
FUNGSI
SOSIOLOGI AGAMA
Menurut pandangan Durkheim, fungsi sosiologi agama adalah
mendukung dan melestraikan masyarakat yang sudah ada. Djamari berpendapat bahwa
ada 2 implikasi sosiologi agama bagi agama, yaitu:
- Menambah pengertian tentang hakikat fenomena agama di beragai kelompok masyarakat, maupun pada tingkat individu;
- Suatu kritik sosiologis tentang peran agama dalam mayarakat dapat membantu kita untuk menentukan masalah teologi yang mana yang paling berguna bagi masyarakat, baik dalam arti sekuler maupun religious.
Dengan cara ini, sosiologi agama memberikan sumbangan kepada
dialog kegamaan di dalam masyarakat. Semua pelopor sosiologi Eropa, seperti
Karl Marx, Weber, Durkheim, serta Simmel berpendapat bahwa untuk mengerti
masyarakat modern, seseorang harus mengerti peran penting agama dalam
masyarakat.
Sosiologi agama
memberikan kontribusi yang tidak kecil lagi bagi instansi keagamaan. Sebagai
sosiologi positif ia telah membuktikan daya gunanya dalam hal mengatasi
kesulitan-kesulitan yang muncul dalam masyarakat serta menunjukkan cara-cara
ilmiah untuk perbaikan dan pengembangan masyarakat, demikian juga sosiologi
agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah
sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial
nonkeagamaan, memberikan pengetahuan tentang pola-pola interkasi sosial
keberagamaan yang terjadi dalam masyarakat, membantu kita untuk mengontrol atau
mengendalikan setiap tindakan dan perilaku keberagamaan kita dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan bantuan sosiologi agama, kita akan semakin memahami
nilai-nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat
lain serta memahami perbedaan yang ada. Tanpa hal itu, mejadi alasan untuk
timbulnya konflik di antara umat beragama, membuat kita lebih tanggap, kritis
dan rasional untuk mengahadapi gejala-gejala sosial keberagamaan masyarakat,
serta kita dapat mengambil tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap
situasi sosial yang kita hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar