om swastyastu

om swastyastu
om swastyastu.. selamat datang..

Senin, 20 Mei 2013

KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA



TUGAS WEDA I
KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA"


Oleh :
Nama              : Ni Kadek Ayu Dwi Melati
NIM                : 11.1.2.2.1.184
Jurusan          : Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama
Prodi               : Pendidikan Bahasa Bali
Kelas/smt        : PBB-C/III (Tiga)



FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2012/2013





KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat Beliaulah paper dengan judul “KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA“ ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada semua pihak dan buku-buku sumber yang memberi kemudahan kepada penulis dalam menyusun paper ini. Semoga  Ida Sang Hyang Widhi Wasa membalas semua bantuan yang telah diberikan. Besar harapan penulis agar paper ini dapat menjadi sarana untuk belajar dan memberikan pengetahuan kepada semua pihak.
Seperti pepatah mengatakan “Tan Hana Wong Suastianulus“, “tak ada gading yang tak retak”, tak ada  yang sempurna di dunia ini, demikian pula dengan proses penyusunan hingga selesainya paper ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat memerlukan masukan atau saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna menjadi yang lebih baik.  Demikian yang dapat penulis sampaikan, sebagai penutup , penulis haturkan paramasanthi,
Om Santih, Santih, Santih, Om

             Denpasar, 02 Januari 2013

                                                                                                                Penulis



i
 

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI                                                                                                                            ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Indriya....................................................................................................................... 3
2.2 Dasa Indriya ............................................................................................................. 4
2.3 Raja Indriya .............................................................................................................. 7
2.4. Kaitan Indriya Dengan Weda................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hidup sangat bergantung pada indriya, indriya lah yang menentukan hidup seseorang. Indriya adalah alat yang membantu manusia dalam menjalani kehidupan baik secara rohani ataupun jasmani. Indriya ini ibaratkan kuda dan manusia adalah kusirnya. Jika manusia mampu mengendalikan kuda-kudanya maka ia akan mencapai kesejahteraan dan kedamaian. Demikian juga sebaliknya jika manusia hanya menuruti keinginan indriyanya maka ia akan tenggelam di kebahagiaan sesaat alam duniawi.
Manusia modern yang hidup di jaman kali ini kebanyakan menuruti kemauan indriya-indriyanya. Sehingga mereka hanya berorientasi pada kesenangan duniawi. Padahal psesungguhnya indriya itu diberikan agar kita mau dan mampu menggunakannya untuk membantu proses pembebasan kita (moksha). Inilah pentingnya kesadaran untuk mengontrol, membatasi, dan mengendalikan indriya yang kita miliki.
1.2  Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang diatas, rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini antara lain :
a.       Apa yang dimaksud dengan Indriya?
b.      Apakah bagaian dari Dsa Indriya?
c.       Apa itu Raja Indriya?
d.      Bagaimana kaitan indriya dengan weda?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Pembuatan makalah ini bertujuan agar setiap orang yang percaya terhadap agamanya, Hindu pada khususnya mengerti dan memahami apa itu Indriya dan bagaimana sifat-sifat yang dimiliki Indriya itu sendiri. Sehingga dalam menjalani kehidupan mereka mampu untuk tidak terlalu terikat terhadap objek indriya dan dengan perlahan mampu melepaskan diri dari pengaruh indriya sehingga mencapai kebahagiaan di akhirat dan kesejahteraan di ala mini.

1.3.2        Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini antara lain :
a.       Memenuhi tugas mata kuliah Weda I.
b.      Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Indriya.
c.       Mengetahui bagaian dari Dsa Indriya.
d.      Mengetahui tentang Raja Indriya.
e.       Mengetahui kaitan indriya dengan weda

1.4. Manfaat
1.3.3        Manfaat Teoritis
Dengan makalah ini pembaca akan mengetahui apa-apa saja Indriya dalam diri dan bagaimana sifat Indriya yang dimiliki oleh manusia. Sehingga tertanam dalam pikiran akan pengetahuan tentang Indriya
1.3.4        Manfaat Praktis
Setelah tertanam pengetahuan tentang Indriya, diharapkan pengetahuan tersebut direalisasikan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlalu memenuhi keinginan indriya agar kita tidak terlalu terjebak dalam gemerlapnya keduniawian.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. INDRIYA

Indriya sebagaimana kita ketahui sesuatu yang dapat mempermudah hidup manusia, baik secara jasmani maunpun rohani. Indriya atau yang dalam bahasa Indonesianya indra, merupakan alat (organ) pada manusia yang dipergunakan untuk merasakan/berinteraksi dengan sesuatu.
Indriya  adalah alat manusia untuk dapat menikmati hidup. Tetapi kalau alat itu terbalik memperalat manusia, indriya itulah yang membawa manusia ke dalam hidup yang sengsara. Tanpa indriya manusia tidak dapat melakukan apa-apa di dunia ini. Karena itu, dalam kitab Upanisad dinyatakan, indriya itu ibarat kuda kereta, badan ibarat keretanya, sedangkan tali lis ibarat pikiran. Kesadaran budhi atau intelek ibarat kusir kereta dan Atman itu ibarat pemilik keretanya.
Kereta tidak dapat mencapai tujuan tanpa ditarik oleh kuda. Namun, kalau kuda tersebut tanpa dikendalikan dengan tali lis oleh kusir kereta, kuda itu akan membawa kereta itu pada jalan yang tidak jelas. Bahkan kuda itu akan membawa kereta masuk jurang atau nabrak ke sana-ke sini. Demikianlah kedudukan indriya. Kalau indriya itu difungsikan sesuai dengan fungsinya, indriya itu akan membawa manusia sampai pada tujuan hidup mencapai kebahagiaan. Karena itu dalam berbagai Sastra Suci Agama Hindu selalu ditekankan untuk memelihara dan mengendalikan indriya itu dengan sebaik-baiknya.

2.2. DASA INDRIYA
Dalam ajaran agama Hindu, berbicara tentang Indriya kita mengenal adanya Dasa Indriya.  Dasa Indriya adalah sepuluh indriya yang ada pada diri kita. Indriya-indriya tersebut merupakan bagian dari alam pikiran kita untuk mengenal, merasakan dan melaksanakan sesuatu.  Dari indriya inilah timbulnya keinginan-keinginan dan melalui indriya pulalah kita mendapat kepuasan, kesenangan dan kesusahan.
Terciptanya Dasa Indriya terjadi karena proses awal pembentukan Alam Semesta. Dalam pustaka Taittrriya-Upanisadha disebutkan bahwa “Hyang Widhi Wasa melakukan Tapa (tapa adalah pemusatan tenaga fikiran yang terkeram hingga menimbulkan panas yang memancar). Setelah melakukan Tapa, terciptalah semuanya, yaitu segala apa yang ada di alam ini. Setelah menciptakan, kedalam ciptaanNya itu Hyang Widhi menjadi satu”. Kekuatan Tapa-Nya menyebabkan terwujudnya dunia ini. Bentuk dunia ini bulat seperti telur, maka alam semesta ini dalam kitab PURANA disebut “BRAHMA-ANDA” (telur Hyang Widhi).
Mula pertama timbullah alam fikiran (Cita/citta) yang sudah mulai dipengaruhi oleh TRIGUNA yang terdiri atas SATWA, RAJAH dan TAMAH. Kemudian timbul naluri pengenal (BUDHI). Selanjutnya  timbul akal dan perasaan (MANAH). Lalu timbul rasa keakuan (AHANGKARA). Setelah ini timbul sepuluh sumber Indriya (DASA INDRIYA) yang terbagi dua pula, yakni Panca-Budhi Indriya (Panca Buddhindriya) dan Panca Karma Indriya (Panca Karmedriya).
1.      Panca Buddhindriya ialah indriya penyadar yang menyebabkan orang dapat mengetahui dan merasakan sesuatu. Kelima indriya tersebut adalah :
a.       Caksuindriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang dapat melihat terletak di mata. Dalam hal ini manusia hendaknya mampu mengendalikan indra penglihatannya. Mata sangat penting artinya bagi manusia. Dengan mata kita bisa melihat. Sifat mata ia selalu ingin melihat yang indah, cantik, tampan dan sebagainya. Tetapi mata hendaknya kita jangan sampai salah melihat atau salah memberi arti terhadap apa yang kita lihat. Mata juga tidak boleh jelalatan atau ingin melihat atau memperhatikan wanita cantik misalnya. Penggunakanlah mata dengan wajar, dengan sebaik-baiknya, jangan sampai mengganggu orang lain.
b.      Srotendriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang dapat mendengar melalui telinga. Dalam hal ini manusia harus mampu mengendalikan telinganya. Maksudnya adalah bahwa orang harus dapat mengendalikan apa yang diterima atau didengar oleh telinga. Jangan salah terima atau salah mengerti. Karena itu apa yang didengar melalui telinga hendaknya dapat “dicerna” dengan baik, sehingga kita tidak salah mengerti. Perhatikan benar-benar, dengar baik-baik apa yang dibicarakan, jangan sampai kita salah tangkap atau salah mengartikannya. Bebicara masalah telinga, telinga merupakan bagian terpenting dalam agama Hindu, karena lewat telinga sapta Rsi yang mendengar  Wahyu Tuhan (Sruti) sehingga kita memiliki pedoman hidup berupa Weda.
c.       Ghranendriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang dapat membau melalui hidung. Hidung itu sangat penting untuk mencium sesuatu. Hidung tentu harus dapat membedakan bau yang harum dan bau yang busuk. Salah mencium bau, kita barangkali bisa ngoceh, ngomel atau menyalahkan orang lain. Karena itu “kendalikanlah” indra pncium itu dengan baik, jangan sampai salah memberikan makna terhadap apa yang dicium.
d.      Jihvendriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang dapat mengecap sesuatu melalui lidah. Umat manusia sepatutnya mampu mengendalikan lidahnya. Menggunakan lidah itu sama pentingnya dengan menggunakan mulut. Lidah perlu dikendalikan agar tidak sembarangan berbicara. Belajarlah menggunakan dengan baik-baik, dengan santun, agar orang lain tidak merasa tersinggung. Kalau berbicara, ingatlah tata karma dan sopan santun. Berbicaralah yang manis, lemah lembut dan enak didengar.
e.       Tvakindriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang merasakan rasa sentuhan panas dan dingin melalui kulit. Dalam hal ini manusia harus mampu mengendalikan alat perabanya. Alat peraba itu bisa jadi tangan atau kulit. Kita diharapkan jangan sampai salah memberikan arti terhadap apa yang kita raba, terhadap apa yang kita rasakan.

2.      Panca Karmendriya ialah lima indriya gerak atau memberi motivasi kerja/pekerja sebagai berikut :
a.       Panindriya
Indriya ini merupakan indriya pekerja dengan tangan. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan tangannya. Jangan asal memegang. Tangan itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik. Jangan menggunakan tangan untuk maksud-maksud buruk seperti mencuri atau mengambil barang orang lain. Jangan pula menggunakan tangan untuk menyakiti atau memukul orang lain
b.      Padendriya
Indriya ini merupakan indriya pekerja dengan kaki. Diharapkan kaki yang dimiliki hanya melangkah ke tempat-tempat yang baik dan suci. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan kakinya. Kaki itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik.
c.       Garbhendriya
Indriya ini merupakan indriya pekerja dengan perut. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan perutnya. Perut itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik.
d.      Payuindriya
Indriya ini merupakan indriya pekerja dengan pelepasan atau indriya pada dubur. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan duburnya. Dubur itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik.
e.       Upasthendriya
Indriya ini merupakan indriya pekerja dengan alat kelamin. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan kelaminnya. Kelamin itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik. Agar tidak menghumbar nafsu dimana-mana.


2.3.RAJA INDRIYA
Raja Indriya, adalah pikiran (manah). Dengan adanya indriya-indriya inilah manusia dapat menikmati hidupnya. Karena indriya ini besar unsur pengaruh Pradhana atau Panca Maha Bhuta, maka ia akan selalu terikat dengan unsur-unsur duniawi. Oleh karena itu Raja Indriya (pikiran) hendaknya dapat mengemudikan indriya, oleh karena itu pikiran atau manah itu harus bersih dan murni. Pikiran itu harus dilatih untuk mencapai kebajikan, seperti yang diajarkan dalam kitab-kitab suci. Kebajikan itu pada dasarnya, adalah cinta kebenaran, kejujuran, keihlasan dan keadilan.
Dalam Manu Smreti, disebutkan :
Orang-orang bijaksana harus berusaha mengemudikan indriyanya yang berkeliaran, ditengah-tengah benda pemuasnya, yang menarik nafsu, sebagai kusir kuda yang banyak.
Dalam Upanisad, disebutkan :
Ketahuilah bahwa Atma bagaikan pengendara kereta dan tubuh bagaikan kereta. Ketahuilah juga budhi (kecerdasan) laksana kusir dan pikiran sebagai kendalinya.
Indriya itu sebagai kuda, benda-benda pemuas nafsu adalah lapangannya (dimana kuda itu berkeliaran). Atma bersekutu dengan indriya dan pikiran menjadi penikmatnya. Demikianlah kata orang-orang bijaksana. Orang yang tidak bijaksana yang selalu tidak mempergunakan pikirannya, indriyanya itu adalah tidak dikendalikan, bagaikan kuda yang nakal, kepunyaan seorang kusir. Sehingga orang bijaksana yang selalu mempergunakan pikirannya, yang indriyanya terkendali, tak ubahnya dengan kuda yang baik, kepunyaan seorang kusir. Maka oleh karena itu orang yang mempunyai kusir yang bijaksana, yang dapat mengendalikan lisnya, akan menuju tempat yang terakhir dan tertinggi, yakni Sanghyang Widhi Wasa. Adapun mengenai latihan pikiran, dalam agama Hindu adalah hal yang utama, setelah itu barulah penguasaan kata-kata dan yang terakhir melaksanakan perbuatan, tetapi disamping itu jangan lupa kesehatan badan harus dijaga.
Dalam kitab suci Sarasamuscaya, ada disebutkan bahwa indriya itu adalah jalan menuju sorga dan neraka. Jika indriya itu dapat dikendalikan dengan baik, maka kebahagiaan akan tercapai dan jika tidak nestapa atau neraka yang akan dijumpai. Godaan yang terhebat bagi indriya adalah harta benda dan birahi. Maka itulah marilah bersama-sama melatih pikiran amulat sarira, yakni melihat ke dalam diri kita, dengan mendidik diri secara disiplin, agar pikiran dapat menguasai indriya. Salah satu patokan, yang kita pakai ukuran adalah Caturtah, yaitu  swatah, paroktah, gurutah dan sastrah. Swatah, menurut pikiran kita sendiri. Paroktah, berdasarkan pikiran orang lain. Gurutah, berdasarkan pendidikan dan pengajaran Guru. Sastratah, adalah menurut ajaran sastra. Diantara semua itu Gurutah dan Sastratah yang perlu diikuti , karena Guru harus berdasarkan sastra. Jika beliau (guru) dan sastra, sudah mengungkapkan, itulah sebagai dasar Amulat Sarira. Jika sudah demikian keserasian, ketenangan lahir bathin dapat dicapai.
            Dalam Astangga Yoga dijelaskan pengendalian pikiran. Dharana dan Dhyana. Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.
            Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indriya baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi.


2.4.KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA

Indriya merupakan alat yang dimiliki manusia yang bersntuhan langsung dengan ojek duuniawi.  Yang menyebabkan  manusia menjadi terikat akan maya, atau bahkan mampu menegekangnya. Kemampuan manusia  mengekang indriya dari objknya adalah karena peran ajaran suci yang ada dalam weda itu sendiri. Weda memberikan pedoman untuk manusia agar melaksanakan ajaran agama, dan diantara ajaran tersebut semua mengacu agar tercapainya tujuan hidup yaitu moksa.
Weda seperti yang terdapat dalam kedudukannya dalam agama Hindu dikatakan sebagai sumber hukum agama Hindu. Indriya itu sendiri terdapat dalam kitab Manawa Dharmasastra BAB II. Serta terdapat juga pada Sarasamusccaya dan Upanisad.
Bukti kutian terkait indriya yang terdapat dalam weda adalah sebagai berikut.
Didalam Manawadharmasastra II.93 disebutkan sebagai berikut : 
Indriaanaam prasangge
Dosa mercchatyasamsayam
Samniyamya itu taanyeva
Tatah siddhim niyacchati.
Artinya:
 Karena keterikatan indria itu pada benda-benda jasmaniah. Manusia pasti berbuat dosa, tetapi bila ia mampu mengendalikan, akan memperoleh keberhasilan dalam semua tujuan hidupnya.

Indriyanyeva tat sarvam yat svarganarakavubhau,
Nirgrhitranisrstani svargaya narakaya ca.
Nyan pajara waneh, indriya ikan sinangah swaranaraka,
Kramanya, yan kawasa kahrtanswarganya, ya ika saksat swarga naranya, yapwan tan kawasa kahrtanya saktat naraka ika.
(Sarasamuccaya. 71)



Artinya:
Inilah yang patut (saya) ajarkan lagi, indriyalah yang dianggap sorga neraka. Penjelasannya, bila sanggup mengendalikannya itu semata-mata sorgalah namanya tetapi bila tidak sanggup mengendalikannya, benar-benar nerakalah ia itu.

Indriyanam wicaratam
Wisayeswapaharisu
Sanyame yatnam alisthe
Dwidwanyantewa wajinam
(Manawadharmasastra II.88)
Artinya :
Seperti halnya seorang kusir mengendalikan keretanya demikianlah orang bijaksana; hendaknya ia berusaha mengendalikan indriyanya yang akan menjadikan dirinya buas karena pengaruh fantasi yang diberikan benda-benda jasmani.

Ekadasendriyanyahur
yani purwe mani sinah
Tani samyak praweksyami
Yathawadanu purwacah
(Manawadharmasastra II.89)
Artinya :
Kesebelas jenis alat indriya yang telah disebutkan nama-namanya oleh para rsi                                                                                                                                                                                                                   sebelumnya, semua itu yang hendak Ku terangkan secara terurai dengan setepat-tepatnya menurut urutan yang benar.

Crotram twak  caksusi jihwa
Nasika caiwa pancami
Payupastham hartapadam
Wak caiwa dacani smrtah
(Manawadharmasastra II.90)

Artinya :
Telinga, kulit, mata, lidah dan hidung adalah kelima macamnya dan lainya yaitu anus, alat kelamin, tangan, kaki dan mulut dimaksud sebagai indriya yang kesepulluh.

Buddhindriyani pancaisang
Crotradriyani purwacah
Karmedriyam pancaisang
Paywadini pracaksate
(Manawadharmasastra II.91)
Artiya :
Lima diantara indriya itu seperti telinga dan lain-lainnya menurut urutannya disebut alat perasa sedangkan indria berikutnya adalah alat penggerak.

BAB III
PENUTUP

3.1.  SIMPULAN
Indriya sebagaimana kita ketahui sesuatu yang dapat mempermudah hidup manusia, baik secara jasmani maunpun rohani.
Panca Budhi Indria terdiri atas:
1). Rangsang pendengar (Srota Indria)
2). Rangsang perasa (Twak Indria)
3). Rangsang pelihat (Caksu Indria)
4). Rangsang pencium/pengecap (Jihwa indria)
5). Rangsang pencium (Ghrana Indria)
Panca Karma Indria terdiri atas:
1). Penggerak mulut (Wak Indria)
2). Penggerak tangan (Pani Indria)
3). Penggerak kaki (Pada Indria)
4). Penggerak pelepasan (Payu Indria)
5). Penggerak kemaluan (Upastha Indria)
Weda seperti yang terdapat dalam kedudukannya dalam agama Hindu dikatakan sebagai sumber hukum agama Hindu. Indriya itu sendiri terdapat dalam kitab Manawa Dharmasastra BAB II. Serta terdapat juga pada Sarasamusccaya dan Upanisad

3.2. SARAN
Disarankan kepada seluruh pembaca agar mampu mengendalikanah indriya dengan mengamalkan ajaran-ajaran weda.


DAFTAR PUSTAKA
                                                                                        
Rai Sudharta, Tjokorda. 2002. Manawa Dharmasastra. Jakarta: Felita Nursatama Lestari
www.google.com/search:indriya-hindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar