TUGAS WEDA I
“KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA"
Oleh :
Nama : Ni Kadek Ayu Dwi Melati
NIM : 11.1.2.2.1.184
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama
Prodi : Pendidikan Bahasa Bali
Kelas/smt : PBB-C/III (Tiga)
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Om
Swastiastu,
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat Beliaulah paper dengan judul “KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA“ ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada semua pihak dan
buku-buku sumber yang memberi kemudahan kepada penulis dalam
menyusun paper ini. Semoga Ida Sang Hyang
Widhi Wasa membalas semua bantuan yang telah diberikan. Besar harapan penulis agar paper ini dapat menjadi sarana untuk belajar dan memberikan pengetahuan
kepada semua pihak.
Seperti pepatah mengatakan “Tan Hana Wong Suastianulus“, “tak ada gading yang tak retak”, tak
ada yang sempurna di dunia ini, demikian
pula dengan proses penyusunan hingga selesainya paper ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat memerlukan masukan
atau saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna menjadi yang lebih
baik. Demikian yang dapat penulis sampaikan, sebagai penutup , penulis haturkan paramasanthi,
Om Santih,
Santih, Santih, Om
Denpasar, 02 Januari 2013
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Indriya....................................................................................................................... 3
2.2 Dasa Indriya ............................................................................................................. 4
2.3 Raja
Indriya .............................................................................................................. 7
2.4. Kaitan
Indriya Dengan Weda................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidup
sangat bergantung pada indriya, indriya lah yang menentukan hidup seseorang. Indriya
adalah alat yang membantu manusia dalam menjalani kehidupan baik secara rohani
ataupun jasmani. Indriya ini ibaratkan kuda dan manusia adalah kusirnya. Jika
manusia mampu mengendalikan kuda-kudanya maka ia akan mencapai kesejahteraan
dan kedamaian. Demikian juga sebaliknya jika manusia hanya menuruti keinginan indriyanya
maka ia akan tenggelam di kebahagiaan sesaat alam duniawi.
Manusia
modern yang hidup di jaman kali ini
kebanyakan menuruti kemauan indriya-indriyanya. Sehingga mereka hanya
berorientasi pada kesenangan duniawi. Padahal psesungguhnya indriya itu
diberikan agar kita mau dan mampu menggunakannya untuk membantu proses pembebasan
kita (moksha). Inilah pentingnya kesadaran untuk mengontrol, membatasi, dan
mengendalikan indriya yang kita miliki.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai
latar belakang diatas, rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini antara lain
:
a. Apa
yang dimaksud dengan Indriya?
b. Apakah
bagaian dari Dsa Indriya?
c. Apa
itu Raja Indriya?
d. Bagaimana
kaitan indriya dengan weda?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Pembuatan
makalah ini bertujuan agar setiap orang yang percaya terhadap agamanya, Hindu
pada khususnya mengerti dan memahami apa itu Indriya dan bagaimana sifat-sifat
yang dimiliki Indriya itu sendiri. Sehingga dalam menjalani kehidupan mereka
mampu untuk tidak terlalu terikat terhadap objek indriya dan dengan perlahan
mampu melepaskan diri dari pengaruh indriya sehingga mencapai kebahagiaan di
akhirat dan kesejahteraan di ala mini.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus pembuatan makalah ini antara lain :
a. Memenuhi
tugas mata kuliah Weda I.
b. Mengetahui
Apa yang dimaksud dengan Indriya.
c. Mengetahui
bagaian dari Dsa Indriya.
d. Mengetahui
tentang Raja Indriya.
e.
Mengetahui kaitan indriya dengan
weda
1.4.
Manfaat
1.3.3
Manfaat Teoritis
Dengan
makalah ini pembaca akan mengetahui apa-apa saja Indriya dalam diri dan
bagaimana sifat Indriya yang dimiliki oleh manusia. Sehingga tertanam dalam
pikiran akan pengetahuan tentang Indriya
1.3.4
Manfaat Praktis
Setelah
tertanam pengetahuan tentang Indriya, diharapkan pengetahuan tersebut
direalisasikan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlalu
memenuhi keinginan indriya agar kita tidak terlalu terjebak dalam gemerlapnya keduniawian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. INDRIYA
Indriya
sebagaimana kita ketahui sesuatu yang dapat mempermudah hidup manusia, baik
secara jasmani maunpun rohani. Indriya atau yang dalam bahasa Indonesianya
indra, merupakan alat (organ) pada manusia yang dipergunakan untuk
merasakan/berinteraksi dengan sesuatu.
Indriya adalah alat manusia untuk dapat menikmati
hidup. Tetapi kalau alat itu terbalik memperalat manusia, indriya itulah yang
membawa manusia ke dalam hidup yang sengsara. Tanpa indriya manusia tidak dapat
melakukan apa-apa di dunia ini. Karena itu, dalam kitab Upanisad dinyatakan, indriya
itu ibarat kuda kereta, badan ibarat keretanya, sedangkan tali lis ibarat
pikiran. Kesadaran budhi atau intelek ibarat kusir kereta dan Atman itu ibarat
pemilik keretanya.
Kereta
tidak dapat mencapai tujuan tanpa ditarik oleh kuda. Namun, kalau kuda tersebut
tanpa dikendalikan dengan tali lis oleh kusir kereta, kuda itu akan membawa
kereta itu pada jalan yang tidak jelas. Bahkan kuda itu akan membawa kereta
masuk jurang atau nabrak ke sana-ke sini. Demikianlah kedudukan indriya. Kalau indriya
itu difungsikan sesuai dengan fungsinya, indriya itu akan membawa manusia
sampai pada tujuan hidup mencapai kebahagiaan. Karena itu dalam berbagai Sastra
Suci Agama Hindu selalu ditekankan untuk memelihara dan mengendalikan indriya
itu dengan sebaik-baiknya.
2.2. DASA
INDRIYA
Dalam
ajaran agama Hindu, berbicara tentang Indriya kita mengenal adanya Dasa
Indriya. Dasa Indriya adalah sepuluh
indriya yang ada pada diri kita. Indriya-indriya tersebut merupakan bagian dari
alam pikiran kita untuk mengenal, merasakan dan melaksanakan sesuatu. Dari indriya inilah timbulnya
keinginan-keinginan dan melalui indriya pulalah kita mendapat kepuasan, kesenangan
dan kesusahan.
Terciptanya
Dasa Indriya terjadi karena proses awal pembentukan Alam Semesta. Dalam pustaka Taittrriya-Upanisadha disebutkan
bahwa “Hyang Widhi Wasa melakukan Tapa (tapa adalah pemusatan tenaga fikiran
yang terkeram hingga menimbulkan panas yang memancar). Setelah melakukan Tapa,
terciptalah semuanya, yaitu segala apa yang ada di alam ini. Setelah
menciptakan, kedalam ciptaanNya itu Hyang Widhi menjadi satu”. Kekuatan
Tapa-Nya menyebabkan terwujudnya dunia ini. Bentuk dunia ini bulat seperti
telur, maka alam semesta ini dalam kitab PURANA disebut “BRAHMA-ANDA” (telur
Hyang Widhi).
Mula pertama timbullah alam fikiran
(Cita/citta) yang sudah mulai dipengaruhi oleh TRIGUNA yang terdiri atas SATWA,
RAJAH dan TAMAH. Kemudian timbul naluri pengenal (BUDHI). Selanjutnya
timbul akal dan perasaan (MANAH). Lalu timbul rasa keakuan (AHANGKARA). Setelah
ini timbul sepuluh sumber Indriya (DASA INDRIYA) yang terbagi dua pula, yakni
Panca-Budhi Indriya (Panca Buddhindriya) dan Panca Karma Indriya (Panca
Karmedriya).
1. Panca
Buddhindriya ialah indriya penyadar yang menyebabkan orang dapat mengetahui dan
merasakan sesuatu. Kelima indriya tersebut adalah :
a.
Caksuindriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang
dapat melihat terletak di mata. Dalam hal ini manusia hendaknya mampu mengendalikan indra
penglihatannya. Mata sangat penting artinya bagi manusia. Dengan mata kita bisa
melihat. Sifat mata ia
selalu ingin melihat yang indah, cantik, tampan dan sebagainya. Tetapi mata hendaknya kita jangan
sampai salah melihat atau salah memberi arti terhadap apa yang kita lihat. Mata
juga tidak boleh jelalatan atau ingin melihat atau memperhatikan wanita cantik
misalnya. Penggunakanlah mata dengan wajar, dengan sebaik-baiknya, jangan
sampai mengganggu orang lain.
b.
Srotendriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang
dapat mendengar melalui telinga. Dalam hal ini manusia harus mampu mengendalikan telinganya.
Maksudnya adalah bahwa orang harus dapat mengendalikan apa yang diterima atau
didengar oleh telinga. Jangan salah terima atau salah mengerti. Karena itu apa
yang didengar melalui telinga hendaknya dapat “dicerna” dengan baik, sehingga
kita tidak salah mengerti. Perhatikan benar-benar, dengar baik-baik apa yang
dibicarakan, jangan sampai kita salah tangkap atau salah mengartikannya. Bebicara
masalah telinga, telinga merupakan bagian terpenting dalam agama Hindu, karena
lewat telinga sapta Rsi yang mendengar
Wahyu Tuhan (Sruti) sehingga kita memiliki pedoman hidup berupa Weda.
c. Ghranendriya
Indriya
ini merupakan indriya yang menyebabkan orang dapat membau melalui hidung. Hidung itu sangat penting untuk
mencium sesuatu. Hidung tentu harus dapat membedakan bau yang harum dan bau
yang busuk. Salah mencium bau, kita barangkali bisa ngoceh, ngomel atau
menyalahkan orang lain. Karena itu “kendalikanlah” indra pncium itu dengan
baik, jangan sampai salah memberikan makna terhadap apa yang dicium.
d.
Jihvendriya
Indriya
ini merupakan indriya yang menyebabkan orang dapat mengecap sesuatu melalui
lidah. Umat manusia sepatutnya mampu
mengendalikan lidahnya. Menggunakan lidah itu sama pentingnya dengan
menggunakan mulut. Lidah perlu dikendalikan agar tidak sembarangan berbicara.
Belajarlah menggunakan dengan baik-baik, dengan santun, agar orang lain tidak
merasa tersinggung. Kalau berbicara, ingatlah tata karma dan sopan santun.
Berbicaralah yang manis, lemah lembut dan enak didengar.
e.
Tvakindriya
Indriya ini merupakan indriya yang menyebabkan orang
merasakan rasa sentuhan panas dan dingin melalui kulit. Dalam hal ini manusia harus mampu
mengendalikan alat perabanya. Alat peraba itu bisa jadi tangan atau kulit. Kita
diharapkan jangan sampai salah memberikan arti terhadap apa yang kita raba,
terhadap apa yang kita rasakan.
2. Panca
Karmendriya ialah lima indriya gerak atau memberi motivasi kerja/pekerja sebagai
berikut :
a.
Panindriya
Indriya
ini merupakan indriya pekerja dengan tangan. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan tangannya. Jangan
asal memegang. Tangan itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik. Jangan
menggunakan tangan untuk maksud-maksud buruk seperti mencuri atau mengambil
barang orang lain. Jangan pula menggunakan tangan untuk menyakiti atau memukul
orang lain
b.
Padendriya
Indriya
ini merupakan indriya pekerja dengan kaki. Diharapkan kaki yang dimiliki hanya
melangkah ke tempat-tempat yang baik dan suci. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan kakinya. Kaki itu
hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik.
c.
Garbhendriya
Indriya
ini merupakan indriya pekerja dengan perut. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan perutnya. Perut itu
hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik.
d.
Payuindriya
Indriya
ini merupakan indriya pekerja dengan pelepasan atau indriya pada dubur. Umat manusia haruslah mampu
mengendalikan duburnya. Dubur itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik.
e.
Upasthendriya
Indriya ini
merupakan indriya pekerja dengan alat kelamin. Umat manusia haruslah mampu mengendalikan kelaminnya. Kelamin
itu hendaknya digunakan dengan tujuan yang baik. Agar tidak menghumbar nafsu
dimana-mana.
2.3.RAJA INDRIYA
Raja Indriya, adalah pikiran (manah). Dengan adanya indriya-indriya inilah manusia dapat
menikmati hidupnya. Karena indriya ini besar unsur pengaruh Pradhana atau Panca
Maha Bhuta, maka ia akan selalu terikat dengan unsur-unsur duniawi. Oleh karena
itu Raja Indriya (pikiran) hendaknya dapat mengemudikan indriya, oleh karena
itu pikiran atau manah itu harus bersih dan murni. Pikiran itu harus dilatih
untuk mencapai kebajikan, seperti yang diajarkan dalam kitab-kitab suci.
Kebajikan itu pada dasarnya, adalah cinta kebenaran, kejujuran, keihlasan dan
keadilan.
Dalam Manu Smreti,
disebutkan :
Orang-orang
bijaksana harus berusaha mengemudikan indriyanya yang berkeliaran,
ditengah-tengah benda pemuasnya, yang menarik nafsu, sebagai kusir kuda yang
banyak.
Dalam Upanisad,
disebutkan :
Ketahuilah bahwa
Atma bagaikan pengendara kereta dan tubuh bagaikan kereta. Ketahuilah juga
budhi (kecerdasan) laksana kusir dan pikiran sebagai kendalinya.
Indriya
itu sebagai kuda, benda-benda pemuas nafsu adalah lapangannya (dimana kuda itu
berkeliaran). Atma bersekutu dengan indriya dan pikiran menjadi penikmatnya.
Demikianlah kata orang-orang bijaksana. Orang yang tidak bijaksana yang selalu tidak
mempergunakan pikirannya, indriyanya itu adalah tidak dikendalikan, bagaikan
kuda yang nakal, kepunyaan seorang kusir. Sehingga orang bijaksana yang selalu mempergunakan
pikirannya, yang indriyanya terkendali, tak ubahnya dengan kuda yang baik,
kepunyaan seorang kusir. Maka oleh karena itu orang yang mempunyai kusir yang bijaksana, yang
dapat mengendalikan lisnya, akan menuju tempat yang terakhir dan tertinggi,
yakni Sanghyang Widhi Wasa. Adapun mengenai latihan pikiran, dalam agama Hindu
adalah hal yang utama, setelah itu barulah penguasaan kata-kata dan yang
terakhir melaksanakan perbuatan, tetapi disamping itu jangan lupa kesehatan
badan harus dijaga.
Dalam
kitab suci Sarasamuscaya, ada disebutkan bahwa indriya itu adalah jalan menuju
sorga dan neraka. Jika indriya itu dapat dikendalikan dengan baik, maka
kebahagiaan akan tercapai dan jika tidak nestapa atau neraka yang akan
dijumpai. Godaan yang terhebat bagi indriya adalah harta benda dan birahi. Maka
itulah marilah bersama-sama melatih pikiran amulat sarira, yakni melihat ke
dalam diri kita, dengan mendidik diri secara disiplin, agar pikiran dapat
menguasai indriya. Salah satu patokan, yang kita pakai ukuran adalah Caturtah,
yaitu swatah, paroktah, gurutah dan sastrah. Swatah, menurut pikiran kita
sendiri. Paroktah, berdasarkan pikiran orang lain. Gurutah, berdasarkan
pendidikan dan pengajaran Guru. Sastratah, adalah menurut ajaran sastra.
Diantara semua itu Gurutah dan Sastratah yang perlu diikuti , karena Guru harus
berdasarkan sastra. Jika beliau (guru) dan sastra, sudah mengungkapkan, itulah
sebagai dasar Amulat Sarira. Jika sudah demikian keserasian, ketenangan lahir
bathin dapat dicapai.
Dalam Astangga Yoga
dijelaskan pengendalian pikiran. Dharana dan Dhyana. Dharana artinya
mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek
itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata”
(sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau
mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak)
hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di
Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat
“ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan
mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan
mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan
gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan
pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa
kearah kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan.
Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru
Spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang
ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan
mencapai Dhyana dan Samadhi.
Dhyana
adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek
yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan
atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang
nyata dirasakan oleh Panca Indriya baik melalui pendengaran, penglihatan,
penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godan yang tidak nyata
adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan
Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui
objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra
pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada
putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara
dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair
dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan
gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran
buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian),
dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara
manusia dan Hyang Widhi.
2.4.KAITAN INDRIYA DENGAN WEDA
Indriya merupakan alat yang dimiliki manusia yang bersntuhan
langsung dengan ojek duuniawi. Yang
menyebabkan manusia menjadi terikat akan
maya, atau bahkan mampu menegekangnya. Kemampuan manusia mengekang indriya dari objknya adalah karena
peran ajaran suci yang ada dalam weda itu sendiri. Weda memberikan pedoman
untuk manusia agar melaksanakan ajaran agama, dan diantara ajaran tersebut
semua mengacu agar tercapainya tujuan hidup yaitu moksa.
Weda seperti yang terdapat dalam kedudukannya dalam agama
Hindu dikatakan sebagai sumber hukum agama Hindu. Indriya itu sendiri terdapat
dalam kitab Manawa Dharmasastra BAB II. Serta terdapat juga pada Sarasamusccaya
dan Upanisad.
Bukti kutian terkait indriya yang
terdapat dalam weda adalah sebagai berikut.
Didalam Manawadharmasastra II.93
disebutkan sebagai berikut :
Indriaanaam
prasangge
Dosa
mercchatyasamsayam
Samniyamya
itu taanyeva
Tatah
siddhim niyacchati.
Artinya:
Karena keterikatan indria itu pada benda-benda jasmaniah. Manusia pasti berbuat dosa, tetapi bila ia mampu mengendalikan, akan memperoleh keberhasilan dalam semua tujuan hidupnya.
Karena keterikatan indria itu pada benda-benda jasmaniah. Manusia pasti berbuat dosa, tetapi bila ia mampu mengendalikan, akan memperoleh keberhasilan dalam semua tujuan hidupnya.
Indriyanyeva tat sarvam yat
svarganarakavubhau,
Nirgrhitranisrstani
svargaya narakaya ca.
Nyan
pajara waneh, indriya ikan sinangah swaranaraka,
Kramanya,
yan kawasa kahrtanswarganya, ya ika saksat swarga naranya, yapwan tan kawasa
kahrtanya saktat naraka ika.
(Sarasamuccaya. 71)
Artinya:
Inilah yang patut (saya) ajarkan
lagi, indriyalah yang dianggap sorga neraka. Penjelasannya, bila sanggup
mengendalikannya itu semata-mata sorgalah namanya tetapi bila tidak sanggup
mengendalikannya, benar-benar nerakalah ia itu.
Indriyanam
wicaratam
Wisayeswapaharisu
Sanyame
yatnam alisthe
Dwidwanyantewa
wajinam
(Manawadharmasastra
II.88)
Artinya :
Seperti halnya seorang kusir
mengendalikan keretanya demikianlah orang bijaksana; hendaknya ia berusaha
mengendalikan indriyanya yang akan menjadikan dirinya buas karena pengaruh
fantasi yang diberikan benda-benda jasmani.
Ekadasendriyanyahur
yani
purwe mani sinah
Tani
samyak praweksyami
Yathawadanu
purwacah
(Manawadharmasastra
II.89)
Artinya :
Kesebelas jenis alat indriya yang
telah disebutkan nama-namanya oleh para rsi
sebelumnya,
semua itu yang hendak Ku terangkan secara terurai dengan setepat-tepatnya
menurut urutan yang benar.
Crotram
twak caksusi jihwa
Nasika
caiwa pancami
Payupastham
hartapadam
Wak
caiwa dacani smrtah
(Manawadharmasastra
II.90)
Artinya :
Telinga, kulit, mata, lidah dan
hidung adalah kelima macamnya dan lainya yaitu anus, alat kelamin, tangan, kaki
dan mulut dimaksud sebagai indriya yang kesepulluh.
Buddhindriyani
pancaisang
Crotradriyani
purwacah
Karmedriyam
pancaisang
Paywadini
pracaksate
(Manawadharmasastra
II.91)
Artiya :
Lima diantara indriya itu seperti
telinga dan lain-lainnya menurut urutannya disebut alat perasa sedangkan indria
berikutnya adalah alat penggerak.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Indriya sebagaimana kita ketahui
sesuatu yang dapat mempermudah hidup manusia, baik secara jasmani maunpun
rohani.
Panca Budhi Indria terdiri atas:
1). Rangsang pendengar (Srota
Indria)
2). Rangsang perasa (Twak Indria)
3). Rangsang pelihat (Caksu Indria)
4). Rangsang pencium/pengecap (Jihwa
indria)
5). Rangsang pencium (Ghrana Indria)
Panca
Karma Indria terdiri atas:
1). Penggerak mulut (Wak Indria)
2). Penggerak tangan (Pani Indria)
3). Penggerak kaki (Pada Indria)
4). Penggerak pelepasan (Payu Indria)
5). Penggerak kemaluan (Upastha
Indria)
Weda
seperti yang terdapat dalam kedudukannya dalam agama Hindu dikatakan sebagai
sumber hukum agama Hindu. Indriya itu sendiri terdapat dalam kitab Manawa
Dharmasastra BAB II. Serta terdapat juga pada Sarasamusccaya dan Upanisad
3.2.
SARAN
Disarankan kepada seluruh pembaca
agar mampu mengendalikanah indriya dengan mengamalkan ajaran-ajaran weda.
DAFTAR PUSTAKA
Rai Sudharta, Tjokorda. 2002. Manawa Dharmasastra. Jakarta: Felita
Nursatama Lestari
www.google.com/search:indriya-hindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar