TUGAS BAHASA KAWI II
NILAI
ETIKA MORAL DAN KEAGAMAAN
DALAM KEKAWIN SIWARATRI KALPA
OLEH
NI
KADEK AYU DWI MELATI
11.1.2.2.1.184
DHARMA
ACARYA
PENDIDIKAN
BAHASA BALI/KELAS C
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012
KATA
PENGANTAR
Om
Swastyastu.
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan anugrahNya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun
tujuan dari pembuatan paper ini yaitu penulis ingin menyelesaikan tugas Bahasa
Kawi II tentang Nilai
Etika Moral dan Keagamaan Dalam Kekawin Siwaratri Kalpa.
Pada
kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
I Wayan Arya Adnyana, S. Ag., M. Pd. H., selaku Dosen pengajar Bahasa Kawi II di kelas Pendidikan Bahasa Bali/C yang telah memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis
menyadari bahwa paper ini jauh dari sempurna, seperti pepatah mengatakan bahwa
tak ada gading yang tak retak. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan maaf
sebesar-besarnya jika ada kesalahan yang terdapat pada tugas ini, dan penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk
lebih menyempurnakan paper ini. Harapan penulis semoga paper ini dapat membantu pembaca sebagai panduan pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Om
Santhi, Santhi, Santhi, Om.
Denpasar,
12
Maret 2012
Penulis
Daftar Isi
KATA
PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar
Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan
Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan
Penulisan ............................................................................. 2
1.4. Manfaat
Penulisan ........................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN ......................................................................... 4
2.1.Nilai
Etika Moral Keagamaan .......................................................... 4
2.2. Siwaratri
........................................................................................ 7
2.3. Sinopsis
.......................................................................................... 8
2.4. Nilai
Etika Moral Keagamaan,
Dalam
Kekawin Siwaratri Kalpa ................................................................ 11
BAB
III PENUTUP .................................................................................. 14
3.1. Simpulan
........................................................................................ 14
3.2. Saran
.............................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kekawin
Siwaratri Kalpa atau Lubdhaka merupakan kekawin yang berisikan cerita tentang
seorang pemburu bernama Lubdhaka yang berjaga semalaman penuh pada malam bulan
mati keempat belas di bulan ke tujuh yang biasanya jatuh pada bulan Januari
maupun Februari. Akibatnya maka setelah meninggal roh pemburu tersebut sampai
ke Siwaloka. Ini disebabkan karena ternyata ia telah melakukan ibadah pada
‘Malam Siwa’, atau yang lebih kita kenal dengan ‘Siwaratri’.
Kekawin
ini sangat popular, lebih-lebih karena setiap tahun pada Malam Siwa kekawin ini
sering dibaca. Kekawin ini berisikan tentang hikmah-hikmah yang diperoleh dalam
melaksanakan Siwaratri serta bagaimana melaksanakan ibadah tersebut.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1. Apakah
nilai moral keagamaan itu?
1.2.2. Apakah
yang dimaksud dengan Siwaratri?
1.2.3. Bagaimanakan
sinopsis Siwaratri Kalpa?
1.2.4. Adakah
nilai moral keagamaan dalam kekawin Siwaratri Kalpa?
1.3.Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah
:
1.3.1. Untuk
mengetahui apa itu nilai moral keagamaan.
1.3.2. Untuk
mengetahui apakah Siwaratri itu.
1.3.3. Untuk
mengetahui bagaimana sinopsis Siwaratri Kalpa.
1.3.4. Untuk
mengetahui nilai moral keagamaan dalam kekawin Siwaratri Kalpa.
1.4.
Manfaat Penulisan
Penulisan paper ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca. Selain karena paper ini membahas tentang nilai
etika moral keagamaan pada kekawin Siwaratri Kalpa, paper ini juga member
sedikit informasi mengenai synopsis
Siwaratri Kalpa, dan pengertian Siwarati yang telah kita (umat Hindu)
laksanakan setiap tahunnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
NILAI ETIKA MORAL KEAGAMAAN
2.1.1.
ETIKA
Secara
etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos yang beararti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tungkah laku manusia.
Etika
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik dan buruk. Etika sifatnya
humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan
diarahkan kepada manusia. Dengan kata lain, etika adalah aturan atau pola
tingkah laku yang baik yang dihasilkan oleh akal manusia.
2.1.2.
MORAL
Moral
berasal dari bahasa latin ‘mos’ yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus
besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk suatu
perbuatan atau kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
slah, baik atau buruk.
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan ketentuan (nilai) baik
atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut
dihubungkan satu dengan yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa antara moral
dan etika memiliki obyek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia yang selanjutnya diposisikan apakah baik atau buruk.
Moral
lebih mengacu pada suatu nilai atau suatu sistem hidup yang dilakukan dan
diberlakukan di dalam masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini
oleh sebagian masyarakat sebagai sesuatuyang akan memberikan harapan,
kebahagiaan, dan ketentraman.
2.1.3.
AGAMA
Dalam
buku Agama Hindu, kata Agama berasal dari bahasa sansekerta, yaitu ‘a’ yang
artinya tidak, ‘gam’ yang artinya pergi atau peerjalanan, dan ‘a’ yang terakhir
berarti sesuatu. Jadi dengan demikian kata Agama diartikan sebagai sesuatu yang
tidak pergi, tidak berubah (tetap), langgeng (abadi).
Sebagai
suatu istilah kemudian kata Agama mengandung suatu pengertian aturan-aturan
atau ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang maha Esa diturunkan berupa
wahyu melalui para Maharsi untuk
mengatur alam semesta beserta isinya baikdalam kehidupan jasmani maupun
rohani.
2.2.
SIWARATRI
Siwaratri
artinya malam Siwa. Jika diuraikan, Siwaratri terdiri atas kata ‘siwa’ (bahasa
sansekerta) yang berarti baik hati, suka memaafkan, member harapan dan
membahagiakan. Sedangkan ‘ratri’ artinya malam. Malam disini juga dimaksudkan
kegelapan. Jadi Siwaratri artinya malam untuk melebur atau memprelin
(melenyapkan) kegelapan hati menuju jalan yang terang.
Brata
Siwaratri. Kata ‘brata’ dalam bahasa sansekerta berarti janji, sumpah,
pandangan, kewajiban, laku utama dan keteguhan hati. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Brata Siwaratri artinya kewajiban sebagai laku utama atau janji untuk
seteguh hati melaksanakan ajaran Siwaratri. Brata Siwaratri dapat di
kelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu,
a. Uttama,
yaitu berupa Jagra (tidak tidur), Upawasa (tidak makan), dan Manobrata (tidak
berbicara).
b. Madyama,
yaitu berupa Jagra dan Upawasa.
c. Kanista,
yaitu hanya berupa jagra saja.
2.3.
SINOPSIS
SIWARATRI
KALPA
Diceritakan
seorang pemburu bernama Lubdhaka. Ia bersama keluarganya tinggal di puncak
bukit yang indah. Pekerjaan si Lubdhaka sehari-hari adalah berburu binatang ke
hutan membunuh harimau, babi hutan, gajah, dan badak serta semua binatnang
diburunya.
Pada
suatu hari,yaitu pada hari pangelong ke-14 kapitu (hari ke-14 bulan mati pada
bulan ke-7), pagi-pagi hari ia sudah meninggalkan rumah untuk berburu. Sudah
seharian penuh dia menyelusuri hutan rimba dan lembah-lembah, namun ia tidak
memperoleh seekorpun binatang buruan. Ketika itu si Lubdhaka sudah jauh dari
rumahnya dan haripun sudah menjelang malam. Untuk kembali pulang, tidak mungkin
dia lakukan, karena hari sudah mulai gelap dan takut diserang binatang buas.
Lalu ia menuju ke suatu telaga dan di tepi telaga itulah dia berhenti sambil
menunggu kalau-kalau ada binatang yang datang ke telaga itu untuk meminum air.
Oleh
karena hari sudah gelap, si Lubdhaka takut tinggal di bawah, lalu ia naik
memanjat pohon kayu ‘bila’ yang ada
di pinggir telaga yang adahanya menjulur ke atas telaga itu. Di dahan itulah ia
duduk. Tidur diatas pohon itupun ia
tidak berani, takut kalau-kalu dia jatuh. Untuk menghilangkan rasa kantuknya,
maka dipetiknyalah daun bila itu dan dijatuhkannya ke dalam telaga.
Dalam
telaga itu, terdapat sebuah lingga yang tidak diketahuinya. Lingga itu adalah
lingganya Dewa Siwa atau perwujudan lambing Dewa Siwa. Kebetulan pada malam itu
adalah malam yang baik untuk melakukan pemujaan terhadap Dewa Siwa. Pekerjaan
memetik-metik daun itu dilakukannya semalam penuh hingga esok paginya, sehingga
dia tidak tidur semalaman penuh.
Keesokan
harinya si Lubdhaka pulang dengan tangan hampa, karena tidak memperoleh buruan
seekorpun. Sesampainya di rumah ia disambut oleh anak dan istrinya.
Pada
suatu hari si Lubdhaka jatuh sakit. Sakitnya makin parah dan akhirnya iya
menemui ajalnya. Setelah ia meninggal, atmanya
mengalami kebingungan dan kegelapan, karena semasa hidupnya senantiasa membunuh
binatang. Dewa Siwa mengetahui hal itu dan mengenal pemburu itu karena dulu
pernah memujanya ketika di hutan pada malam Siwa. Dewa Siwa mengutus abdinya
(watek Gana) menyambut atma si Lubdhaka untuk dibawa ke Siwaloka. Saat itu
datang pula laskar dewa Yamadipati sebagai penguasa neraka. Setelah didahului
dengan perselisihaan, maka terjadilah peperangan hebat antara laskar Dewa Siwa
dengan laskar Dewa Yamadipati memerebutkan atma si Lubdhaka. Dalam peperangan
itu laskar Dewa Siwa menang dan atma si Lubdhaka dibawa ke Siwaloka (sorga)
diberikan tempat yang baik.
Dewa
Yamadipati memprotes karena merasa kurang adil atas tindakan Dewa Siwa itu lalu
beliau menghadap Dewa Siwa dan menuntut agar atma Lubdhaka di bawa ke neraka
karena perbuatannya semasih hidup dulu
selalu membunuh binatang. Dewa Siwa menjelaskan maslahnya, bahwa si Lubdhaka
itu pernah memujanya pada malam hari, tepat pada malam Siwa (Siwaratri). Oleh
karena itulah ia mendapatkan pahalah dan masuk sorga.
2.4. NILAI ETIKA MORAL DAN KEAGAMAAN
PADA KEKAWIN SIWARATRI KALPA
2.4.1. NILAI ETIKA MORAL
Sebagai
mana yang telah saya jelaskan tadi, dahwa Jika pengertian etika dan moral
tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa
antara moral dan etika memiliki obyek yang sama, yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia yang selanjutnya diposisikan apakah baik atau buruk.
Di
kekawin ini dapat kita lihat bahwa Lubdhaka adalah seorang grehasta, yaitu
kepala keluarga yang memiliki kewajiban menjaga dan melindungi keluarganya. Ia
berusaha menjadi suami dan ayah yang baik bagi isteri dan anaknya. Untuk
memenuhi kewajiban terhadap keluarganya maka ia melakukan pekerjaan sebagai
seorang pemburu.
Jadi
nilai etika moral yang dapat kita ambil adalah bahwa nilai negative (buruk)
yang Lubdhaka lakukan adalah berburu. Karena sebagaiman yang Agama Hindu
ajarkan bahwa kita dilarang melukai apalagi membunuh makluk ciptaan Tuhan
(Ahimsa). Sedangkan nilai positif (baik) yang Lubdhaka lakukanadalah, ia
memburu untuk kepentingan keluarga, yaitu menghidupi keluarganya. Ini
membuktikan bahwa Lubdhaka memiliki nilai moral yang tinggi, yaitu bertanggung
jawab terhadap keluarga, dan bukan semata-mata untuk kepentingannya sendiri.
2.4.2.
NILAI KEAGAMAAN
Nilai-nilai
keagamaan yang saya angkat dari kekawin Siwaratri Kalpa adalah kata-kata yang
terdapat dalam sargah 34,4 kekawin Siwaratri Kalpa yang menyebutkan :
“tuhun
kalewih ing bratenajarakěn mami niyata maweh phalādhika,
Tuwin
milagakěn saduṣkṛta teher masung atisaya bhoga bhāgya len,
Awas
tan angusir yamaṇḍa phalaning jana gumayakěn tikang brata,
Sapāpa
nika sirna den i phalaning brata winuwusakenku, tan salah…”
Artinya
“sungguh
kemuliaan brata yang aku ajarkan dengan jalan memberikan pahala yang utama,
Juga
menghilangkan segala perbuatan yang tidak baik lalu memberikan kebahagiaan dan
kesejahteraan yang menakjubkan,
Hal
itu tidak akan menuju yamaloka (neraka) akibat atau hasil orang yang
melaksanakan brata itu,
Semua
nerakanya lenyap dikarenakan oleh pahala dari brata yang Aku ajarkan…”
Sebagaimana
yang tadi telah saya paparkan diatas, bahwa nilai agama mencangkup
ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang maha Esa. Dalam kekawin ini, Tuhan
yang di maksud adalan Siwa dalam fungsi beliau sebagai pamrelina atau pelebur
segala. Ini dimaksudkan bahwa, ketika seseorang mampu mencapai samadhi (brata)
dengan mengikuti ajaran Siwa pada malam Siwa, maka orang tersebut akan mampu
mencapai Siwaloka.
Inilah
kiranya hakikat Siwaratri Kalpa ditinjau dari segi kesukmaan yang kita
laksanakan setiap hari pangelong ke-14 kepitu, yang memberikan hikmah yang
tertinggi bagi cita-cita kehidupan Umat Hindu, yaitu mencapai Siwaloka.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
SIMPULAN
Simpulan
yang dapat diambil adalah :
a. Etika
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik dan buruk.
b. Moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas
manusia dengan ketentuan (nilai) baik atau buruk, benar atau salah.
c. Agama
merupakan aturan-aturan atau ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang
maha Esa diturunkan berupa wahyu.
d. Siwaratri
merupakan malam untuk melebur
atau memprelin (melenyapkan) kegelapan hati menuju jalan yang terang.
e. Nilai
etika moral dalam kekawin Siwaratri Kalpa adalah Lubdhaka sebagai pemburu.
f. Nilai
Keagamaan dalam kekawin Siwaratri Kalpa adalah memberikan hikmah yang tertinggi bagi cita-cita kehidupan Umat Hindu,
yaitu mencapai Siwaloka.
3.2.
SARAN
Kekawin
Siwaratri Kalpa banyak mengandung nilai-nilai luhur agama Hindu. Diharapkan
semoga setelah membaca paper ini (terlebih kekawin Siwaratri Kalpa), semakin
banyak minat umat Hindu untuk mengamati, menghayati, dan melaksanakan brata
Siwaratri.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmaja,
I Made Nada,dkk.2010.Etika Hindu.Surabaya:PARAMITA
Rai
Sudharta, Ma, Prof. Dr. Tjok.1997.Siwaratri,
Makna dan Upacara.Denpasar:Upada Sastra
Warna,
Drs. I Wayan, dkk.1990.Siwaratri Kalpa.Denpasar:Dinas
Pendidikan Denpasar